Berita

Seratus Agen Spak Kemenag Siap Dukung Pencegahan Korupsi

Gerakan SPAK mendapat tambahan kekuatan baru dari Kementerian Agama melalui pelatihan pada 100 istri karyawan eselon 1 untuk menjadi Agen SPAK pada tanggal 8-10 Maret 2018. Dengan menjadi Agen SPAK diharapkan para istri dari karyawan eselon 1 yang tersebar di berbagai provinsi itu dapat mulai menanamkan pendidikan antikorupsi di dalam keluarganya, lingkungan Kementerian Agama serta masyarakat sekitar.  Selama 3 hari pelatihan tersebut, mereka diberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk korupsi dalam keseharian dan bagaimana cara menghindarkannya. Selain itu, mereka juga diajarkan menggunakan alat-alat bantu SPAK untuk membagikan pengetahuan yang mereka dapat ke keluarga dan masyarakat. Yang menarik dari pelatihan Agen SPAK adalah saat para peserta merasa terbuka matanya tentang banyak perilaku koruptif yang selama ini tidak mereka sadari. Masalah gratifikasi merupakan pertanyaan paling banyak diajukan oleh peserta, seperti memberi atau menerima hadiah sebagai seorang istri pegawai negeri. Pelatihan Agen dari Kementerian Agama ini sepenuhnya dibiayai oleh APBN. Hal ini merupakah langkah maju bagi gerakan SPAK, sekaligus membuktikan bahwa gerakan ini telah diakui mampu mendorong adanya perubahan dan merupakan langkah pencegahan korupsi yang dapat dilakukan oleh siapa saja.  Hanya selang beberapa hari setelah pelatihan, para agen Kementerian Agama ini langsung bergerak di kelopok dan lingkungan masing-masing. Ada yang masuk ke sekolah-sekolah, ke para ASN di Kanwil atau kelompok pengajian. Melihat semangat para perempuan ini sungguh memberi harapan bahwa semakin perubahan individu akan menimbulkan gelombang perubahan yang lebih besar dalam pencegahan korupsi. 
Berita

Polwan Polres Jakarta Selatan Siap Perkuat Jajaran Agen Spak Polwan Untuk Cegah Korupsi

Sejumlah 50 orang Polwan, Bhayangkari dan ASN dari Polres Jakarta Selatan mengikuti pelatihan sebagai Agen SPAK pada tanggal 2-4 Maret 2018. Para Agen SPAK Polwan ini akan melengkapi jajaran Agen SPAK Polwan yang telah bergabung sebelumnya dari Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Solo dan Mabes Polri DKI.  Dalam pelatihan selama 3 hari itu, mereka belajar bentuk-bentuk korupsi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana mencegahnya. Setelah paham, banyak di antara para peserta yang mengakui bahwa mereka sering berperilaku koruptif dalam kegiatan sehari-hari tanpa disadari. Misalnya, menerima pemberian dari masyarakat dengan dalih ucapan terima kasih setelah mendapat pelayanan, seringkali tidak dianggap sebagai gratifikasi, karena sebagai petugas mereka merasa tidak pernah meminta.  Salah satu peserta bahkan telah mendapat “ujian” di malam hari pertama pelatihan. Polwan ini adalah istri seorang pengusaha swasta yang memegang wewenang memutuskan pemenang tender. Malam hari itu ia didatangi salah satu peserta tender di kantor suaminya, yang bermaksud memberikan hadiah pada polwan tersebut. Teringat pelajaran tentang Gratifikasi yang diterimanya pagi hari dalam pelatihan Agen SPAK, Polwan ini langsung menolak pemberian tersebut. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena dapat menolak gratifikasi dan sekaligus memberi penjelasan pada pemberinya.  Pengalaman ini diceritakannya di hari kedua pelatihan di hadapan semua peserta. Cerita semacam ini menggugah kesadaran, bahwa jika paham arti korupsi dalam keseharian, semua orang bisa menangkalnya.
Berita

Alat Bantu Pendidikan Antikorupsi Untuk Disabilitas

Pendidikan antikorupsi seharusnya bersifat inklusif, karena setiap orang siapa pun dia dapat menjadi korban sekaligus pelaku korupsi. Karena itulah, pada tanggal 15-17 November 2017 lalu, melalui pelatihan selama 3 hari, SPAK telah memiliki 50 orang Agen SPAK Disabilitas di Yogyakarta. Pelatihan ini memunculkan kebutuhan untuk menyediakan alat bantu khusus bagi para Agen Disabilitas tuli dan netra.  Untuk disabilitas tuli, atas usul Dwi Rahayu, seorang Agen SPAK tuli, sedang dikembangkan soal-soal permainan MAJO dan SEMAI dalam bentuk gambar. Penggambarnya adalah seorang komikus tuli bernama Fikri, mahasiswa Grafik Desain Universitas Brawijaya, Malang.  Demikian pula untuk disabilitas netra, akan dikembangkan soal-soal dan kunci jawaban yang ditulis dalam huruf braille. Saat ini, walaupun dengan berbagai kesulitan, para Agen Disabilitas terus menyebarkan pendidikan antikorupsi melalui permainan-permainan SPAK pada komunitas disabilitas. Hal ini sungguh membangkitkan harapan bahwa rekan-rekan disabilitas akan mampu melindungi diri dari sikap/perilaku koruptif yang membuat mereka menjadi korban. Sekaligus juga menghindarkan mereka untuk berperilaku koruptif.