Alat Bantu Pendidikan Antikorupsi Untuk Disabilitas
Pendidikan antikorupsi seharusnya bersifat inklusif, karena setiap orang siapa pun dia dapat menjadi korban sekaligus pelaku korupsi. Karena itulah, pada tanggal 15-17 November 2017 lalu, melalui pelatihan selama 3 hari, SPAK telah memiliki 50 orang Agen SPAK Disabilitas di Yogyakarta. Pelatihan ini memunculkan kebutuhan untuk menyediakan alat bantu khusus bagi para Agen Disabilitas tuli dan netra.
Untuk disabilitas tuli, atas usul Dwi Rahayu, seorang Agen SPAK tuli, sedang dikembangkan soal-soal permainan MAJO dan SEMAI dalam bentuk gambar. Penggambarnya adalah seorang komikus tuli bernama Fikri, mahasiswa Grafik Desain Universitas Brawijaya, Malang.
Demikian pula untuk disabilitas netra, akan dikembangkan soal-soal dan kunci jawaban yang ditulis dalam huruf braille.
Saat ini, walaupun dengan berbagai kesulitan, para Agen Disabilitas terus menyebarkan pendidikan antikorupsi melalui permainan-permainan SPAK pada komunitas disabilitas. Hal ini sungguh membangkitkan harapan bahwa rekan-rekan disabilitas akan mampu melindungi diri dari sikap/perilaku koruptif yang membuat mereka menjadi korban. Sekaligus juga menghindarkan mereka untuk berperilaku koruptif.