Pelatihan Nilai-nilai Antikorupsi di SMPN 3 Gresik: Mengawali Perubahan melalui Kesadaran akan Tindakan Koruptif
Siapa sangka niat sederhana mengajak sekelompok kecil rekan-rekan tenaga pendidik yang terjadwal Work from Office (WFO) untuk berkenalan dengan media kreatif penanaman nilai-nilai antikorupsi disambut antusias luar biasa oleh pihak sekolah?
“Saya tuh maunya sederhana ngajak teman-teman, ayo main bersama, nanti tak foto seperti itu,” ungkap guru SMPN 3 Gresik Tyas Hargyantiningsih yang kemudian diminta oleh kepala sekolah untuk menyelenggarakan pelatihan 9 nilai antikorupsi dan permainan SPAK kepada seluruh jajaran tenaga pendidik di sekolah pada Rabu, 25 Agustus 2021.
Aktif sebagai agen SPAK Gresik, guru yang akrab disapa Tyas ini paham betul pentingnya pendidikan nilai-nilai antikorupsi khususnya dalam pembentukkan moral anak didiknya. Yang menarik, pemaparan nilai-nilai antikorupsi tidak hanya mengingatkan jajaran tenaga pendidik SMPN 3 Gresik bagaimana perilaku di kalangan siswa seperti mencontek atau menitip absen termasuk pada tindakan koruptif, namun juga pada keseharian dan interaksi antar tenaga pendidik.
Salah satu materi video menggelitik moral tenaga pendidik ketika memperlihatkan perilaku koruptif yakni menyembunyikan bingkisan yang dibagikan dalam suatu kegiatan agar tidak kehabisan. “Waduh, aku sekali itu,” ungkap beberapa rekan tenaga pendidikan kala mengingat kebiasaan yang mungkin terdengar sepele, yakni cepat-cepat membungkus lauk ketika ada tumpengan di sekolah untuk dibawa pulang sehingga ada beberapa guru yang tidak mendapat bagian. Melalui kacamata nilai-nilai antikorupsi, perilaku tersebut mengandung nilai ketidakadilan dan bertentangan dengan nilai kesederhanaan.
Menanggapi kegiatan pelatihan nilai-nilai antikorupsi ini, Kepala SMPN 3 Gresik Sulistyorini berpesan agar jajaran tenaga pendidik mampu memaknai perilaku koruptif dan dapat mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi melalui mata pelajaran kepada peserta didik. Para tenaga pendidik pun menyambut antusias pendekatan pendidikan nilai-nilai antikorupsi melalui permainan SPAK yang dirasa mengasyikkan dan menarik untuk peserta didik.
Ketika persepsi tindakan koruptif bergeser menjadi semakin dekat dalam konteks kehidupan profesional dan sehari-hari, kesadaran akan perlunya komitmen dalam memaknai nilai-nilai antikorupsi pun mulai tumbuh. Hal inilah yang Tyas amati mulai muncul pada rekan-rekan tenaga pendidik yang enggan mengambil beberapa atribut SPAK yang tersedia di kegiatan pelatihan. Beberapa rekan merasa belum mampu untuk berkomitmen penuh dalam memikul tanggung jawab untuk sungguh-sungguh memaknai dan mencerminkan nilai-nilai antikorupsi. Namun, mereka mengungkapkan tekad untuk memulai perubahan dari hal-hal kecil.
“Mungkin perubahannya tidak langsung 180 derajat, tapi namanya juga berproses jadi pelan-pelan pun tidak apa-apa,” ujar Tyas.